Marahnya Seorang Guru Kepada Murid
Bersama Pemateri :
Ustadz Maududi Abdullah
Marahnya Seorang Guru Kepada Murid adalah hadits ke-2 dari Bab Marah Ketika Memberikan Nasihat Apabila Melihat Sesuatu Yang Tidak Disukai (بَابُ الغَضَبِ فِي المَوْعِظَةِ وَالتَّعْلِيمِ ، إِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ). Ini merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc. dalam pembahasan Kitabul ‘Ilmi dari kitab Shahih Bukhari. Kajian ini disampaikan pada 1 Sya’ban 1439 H / 17 April 2018 M.
Status Program Kajian Kitab Shahih Bukhari
Status program kajian Kitab Shahih Bukhari: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa pekan ke-1 dan ke-3, pukul 10:00 - 11:30 WIB.
Download mp3 kajian sebelumnya: Bab Marah Ketika Memberikan Nasihat Apabila Melihat Sesuatu Yang Tidak Disukai
Ceramah Agama Islam Tentang Marahnya Seorang Guru Kepada Murid – Kajian Shahih Bukhari
Hadits yang pertama kita pelajari pada pertemuan yang lalu, masuk hadits yang kedua berkata Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Bukhari:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ المَلِكِ بْنُ عَمْرٍو العَقَدِيُّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلاَلٍ المَدِينِيُّ ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنْ يَزِيدَ مَوْلَى المُنْبَعِثِ عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الجُهَنِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَهُ رَجُلٌ عَنِ اللُّقَطَةِ ، فَقَالَ : اعْرِفْ وِكَاءَهَا ، أَوْ قَالَ وِعَاءَهَا ، وَعِفَاصَهَا ، ثُمَّ عَرِّفْهَا سَنَةً ، ثُمَّ اسْتَمْتِعْ بِهَا ، فَإِنْ جَاءَ رَبُّهَا فَأَدِّهَا إِلَيْهِ قَالَ : فَضَالَّةُ الإِبِلِ ؟ فَغَضِبَ حَتَّى احْمَرَّتْ وَجْنَتَاهُ ، أَوْ قَالَ احْمَرَّ وَجْهُهُ ، فَقَالَ : وَمَا لَكَ وَلَهَا ، مَعَهَا سِقَاؤُهَا وَحِذَاؤُهَا ، تَرِدُ المَاءَ وَتَرْعَى الشَّجَرَ ، فَذَرْهَا حَتَّى يَلْقَاهَا رَبُّهَا قَالَ : فَضَالَّةُ الغَنَمِ ؟ قَالَ : لَكَ ، أَوْ لِأَخِيكَ ، أَوْ لِلذِّئْبِ
“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad berkata Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin ‘Amru Al ‘Aqadi berkata Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal Al Madini dari Rabi’ah bin Abu Abdurrahman dari Yazid mantan budak Al Munba’its dari Zaid bin Khalid Al Juhani bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya oleh seseorang tentang barang temuan maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Kenalilah tali pengikatnya atau Beliau berkata; kantong dan tutupnya kemudian umumkan selama satu tahun setelah itu pergunakanlah. Jika datang pemiliknya maka berikanlah kepadanya’. Orang itu bertanya: ‘Bagaimana dengan orang yang menemukan unta?’ Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam marah hingga nampak merah mukanya lalu berkata: ‘apa urusanmu dengan unta itu sedang dia selalu membawa air di perutnya bersepatu sehingga dapat hilir mudik mencari minum dan makan rerumputan maka biarkanlah dia hingga pemiliknya datang mengambilnya’. Orang itu bertanya lagi tentang menemukan kambing maka Beliau menjawab: ‘Itu untuk kamu atau saudaramu atau serigala`”
Inilah hadits yang kedua dari Bab Marah Ketika Memberikan Nasihat Apabila Melihat Sesuatu Yang Tidak Disukai. Terlihat dalam hadits ini, Rasul kita tercinta shallallahu ‘alaihi wa sallam marah sampai wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerah disebabkan murkanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atas pertanyaan sahabat Nabi tersebut. Dan Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah mengatakan bahwa sahabat yang bertanya itu bernama Umair radhiyallahu ‘anhu dan sebagian ahli ilmu mengatakan bukan Umair.
Terlihat didalam hadits ini Nabi kita tercinta shallallahu ‘alaihi wa sallam marah ketika ditanya oleh sahabat yang bertanya tentang memanfaatkan unta yang tersesat atau mengambil dan menikmati unta yang terpisah dari rombongannya. Marahnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan ada kesalahan pada murid, dalam hal ini murid adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Didalam kitab Fathul Bari, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah mengatakan penyebab murkanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena murid beliau, yaitu para sahabat mengqiyaskan dengan qiyas yang salah atau boleh jadi beliau sebelumnya pernah melarang untuk mengambil dan memanfaatkan unta yang terpisah dari rombongan. Ada dua kemungkinan, kata Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah.
Kemungkinan pertama, Rasul pernah melarang untuk mengambil unta yang tersesat dari rombongan dan memanfaatkan. Kemungkinan kedua karena si murid yang seharusnya sudah mahir dalam mengqiyas, masih salah dalam qiyas dan masih menganggap untu adalah benda yang tersesat, hewan yang tersesat yang tidak akan mungkin kembali kepada majikannya dan sarangnya yang benar dan menyamakan sebuah benda yang terjatuh yang tidak bernyawa lalu disamakan dengan unta. Atau sebaliknya, unta disamakan dengan benda yang tercecer. Padahal beda antara unta yang terpisah dari rombongan dengan benda yang terjatuh alias tercecer. Ini dua hukum yang berbeda.
Unta, tak pernah nyasar. Unta termasuk hewan yang paling faham jalan dan dia memiliki kepiawaian untuk menghafal jalannya. Dia tidak akan pernah tersesat dan nyasar. Unta mengerti jalan menuju sangkar dan sarangnya, menuju kandangnya. Unta mengerti jalan kembali kepada majikannya. Unta telah dispesialkan oleh Allah dengan kemampuan menghafal jalan, bahkan mungkin kemampuannya melebihi kemampuan manusia. Karena unta memang diciptakan Allah untuk alat transportasi jarak jauh. Unta dahulu kala diutus oleh majikannya untuk menjemput orang yang tidak tahu jalan menuju majikannya dan membawa sesuatu kepada majikannya entah itu manusia atau barang. Dan unta itu berjalan sendiri tanpa orang yang mengendarainya dan bisa kembali kepada tuannya. Kalau kita hanya kenal didalam cerita bahwa itu adalah tugas merpati, namun ketahuilah bahwa unta juga memiliki kepiawaian yang sama untuk tugas-tugas itu.
Manakala ada unta yang terlihat terpisah dari rombongannya, karena memang unta itu lagi suntuk, sehingga dia ingin berpisah dari rombongannya dan menyendiri. Jadi bukan karena tersesat, bukan karena nyasar. Unta itu adalah hewan yang paling setia dengan kandangnya. Kenapa kita dilarang oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk shalat di kandang unta? Karena unta hewan yang setia dengan kandangnya. Manakala dia kembali ke kandang sedangkan kita lagi shalat, kita mungkin ditendang oleh unta itu karena dia merasa bahwa kita telah merampas tempatnya.
Itulah unta. Maka ketika ada sahabat, dan sahabat itu orang yang terbiasa dengan unta, karena mereka kaum yang hidup di padang pasir. Hari demi hari mereka sudah bersama unta dan sudah mengenal sifat unta masih bertanya tentang unta yang tersesat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam marah. Seolah-olah pertanyaan ini dibuat-buat. Bagaimana mungkin unta yang cerdas seperti itu disamakan dengan benda yang terjatuh. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa bahwa ini tidak pantas untuk ditanyakan dan pertanyaan ini tidak pada tempatnya, pertanyaan yg tidak logis untuk ditanyakan terkhusus bagi orang-orang yang hidup hari-harinya bersama unta. Inilah yang menyebabkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam murka. Karena terlihat ada kurang di dalam pemahaman atau sebelumnya pernah dilarang namun kenapa masih bertanya lagi?
Disini terlihat bahwa ada kesalahan pada murid dan guru ketika melihat kesalahan itu tidak pantas, guru berhak untuk marah seandainya marah itu akan memberikan efek yang positif kepada muridnya. Ini pernah kita sampaikan pada pertemuan yang lalu, dizaman kita sekarang, metode mengajar yang terbaik menurut manusia saat ini, guru tidak boleh ada sifat marah dan guru tidak boleh sekali-kali marah walau apapun yang dilakukan murid kepadanya. Dan ini adalah penghancuran dunia pendidikan. Ini adalah asal-muasal kehancuran generasi. Yang tidak boleh dimarahi walaupun apa yang dia lakukan. Yang tidak boleh dimarahi walau sebanyak apapun kesalahannya. Tak ada yang lebih baik dalam mendidik, lebih dari pada Rasul kita tercinta Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka umat Islam harus mawas diri didepan Anda ada suri tauladan Anda yang terbaik dan jangan tinggalkan suri tauladan itu. Anda yang menjadi guru, guru yang terbaik adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dicontoh. Ada yang menjadi orang tua, yang paling pantas untuk dicontoh sebagai orang tua Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anda yang menjadi pemimpin, yang paling baik untuk Anda tiru adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan begitu seterusnya karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam manusia sempurna.
Benda Yang Tercecer
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya oleh seseorang tentang hukum benda-benda yang tercecer. Benda yang tercecer terbagi dua.
Pertama, benda yang remeh. Benda ini secara kemungkinan besar, kalau orang tercecer dari padanya benda itu, dia nggak bakalan nyari dan nggak bakalan kembali untuk mencari yang tercecer itu. Contoh, tercecer darinya uang seribu rupiah. Kalau ada yang tercecer di masjid ini dari kita uang seribu rupiah dan kita sudah sampai ke rumah kita, rasanya tidak akan mungkin kita kembali lagi ke sini untuk mencari uang seribu itu. Demikian juga kalau yang tercecer adalah jarum pentul, maka luqathah (barang temuan) yang sifatnya remeh, ini boleh diambil dan dimanfaatkan.
Kedua, barang temuan yang ada nilai berharga. Inilah dia yang ditanyakan kepada Rasul kita tercinta Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan benda itu memiliki harga yang mana pemiliknya akan mencari benda yang tercecer itu. Apa yang harus kita lakukan? Yang harus kita lakukan adalah mengumumkan selama 1 tahun. Seandainya yang tercecer adalah sebuah dompet yang berisikan uang, berisikan surat-surat berharga, maka kita umumkan. Kalau yang bertemu kantong plastik dan di dalamnya ternyata ada emas, umumkan bahwa telah ditemukan sebuah kresek. Berapa lama mengumumkannya? Satu tahun lamanya. Setelah satu tahun, pemiliknya tak kunjung datang, kita boleh mengambil kenikmatan dari benda yang tercecer itu. Seandainya dia adalah uang, maka silahkan gunakan uang itu. Seandainya dia adalah emas, maka silakan gunakan emas itu dengan dua syarat. Syarat pertama umumkan, syarat kedua pengumuman berjalan satu tahun hijriah.
Simak pada menit ke – 31:15
Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Marahnya Seorang Guru Kepada Murid – Kajian Shahih Bukhari
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45514-marahnya-seorang-guru-kepada-murid/